01512 2200217 4500001002100000005001500021035002500036008004100061020001500102082002000117084002000137100001800157245004100175260003400216300003200250650001000282850002300292520093500315710001801250990002601268INLIS00000000001042320221014093300 a0010-091700000000112221014 0  a9793035048 a899.221.3 NUR b a899.221.3 NUR b aNurul F. Huda1 aBiarkan Aku Memulai /cNurul F. Huda aBandung; :bDAR Mizan,c2001. a150 hlm. :bilus. ;c17 cm. aFiksi aPerpusdakotakediri aBagi Pakde Wongso, acara tujuh hari , seratus hari , atau bahkan seribu hari sebagai doa untuk orang yang meninggal, mengharuskan adanya sesaji. Padahal dalam Islam hal-hal berbau syirik semacam itu sama sekali tidak diperkenankan. Akan tetapi, Pakde Wongso tidak mau peduli. Pakde Wongso tetap mengharapkan ada sesesaji ketika adiknya -- yang juga bapaknya Nunik -- meninggal. Karena kalau tidak ada sesaji, akan memalukan keluarga. Dengan penuh kesabaran, Nunik mencoba memberi pengertian kepada Pakde Wongso, tetapi Pakde Wongso malah menganggapnya sableng ! Simbok, yang sudah kuyu dan letih, hanya mampu menangis dan meminta Nunik untuk tidak mendebat Pakde Wongso. Lalu, apa yang dilakukan Nunik kemudian ? Akankah dia tetap pada pendiriannya dengan menanggung risiko ? Atau sebaliknya ? Bersama Biarkan Aku Memulai , ada cerita-cerita lain yang membuat kita tercerahkan kembali akan keislaman dan keimanan kita. aNurul F. Huda a033520/PU-KDR/HD/2017