01860 2200301 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020001800100082000800118084001400126100002200140245004900162250001400211260003600225300003000261650001000291850002300301700001900324700001600343520104600359856004101405990002801446990002801474990002801502990002801530INLIS00000000001820520250423092053 a0010-0821000151ta250423 g f ind  a9786232932357 a813 a813 IQB d0 aIqbal Aji Daryono1 aDilarang Mengutuk Hujan /cIqbal aji Daryono aCetakan 1 aYogyakarta :bDIVA Press,c2021 a166 halaman ;c20 x 14 cm 4aFIKSI aPerpusdakedirikota0 aEdi AH Iyubenu0 aAlfin Rizal aDilarang mengutuk hujan, Nak…. Jika Anda membaca dua atau tiga esai saja dalam buku ini, saya yakin Anda akan terpikat pesona ayun-ayun pendulumnya yang ritmis, juga mistis. Layaknya pendulum, bandul, logis saja Iqbal Aji Daryono berayun-ayun membidik dan menuliskan ragam spot realitas kehidupan yang karibnya. Gerakan pendulum, kita tahu, dilantik oleh adanya energi, dan (mari saya tegaskan) keistiqamahan muatan energi itulah yang menjadikan ayunan pendulum itu ritmis, pula mistis. Pendulum, jika berguncang-guncang deras, punahlah keindahannya. Apa yang saya maksud “ritmis” adalah berirama ketenangan dan apa yang saya maksud “mistis” adalah menyelami kedalamannya. Kedalaman adalah sumber bagi ketenangan; riak-riak hanya mungkin bagi kedangkalan. Seseorang memang amat mungkin berubah; tetapi ayun pendulum takkan lagi mempesona mata dan jiwa bila ber gronjalan akibat riak-riak energi yang berubah-ubah. Pendulum yang ritmis, yang mistis, itulah Iqbal dalam bukunya ini. Sekali lagi, dilarang mengutuk hujan, Nak…. aPerpustakaan Umum Daerah Kota Kediri a00045241/PU-KDR/PB/2021 a00045242/PU-KDR/PB/2021 a00045243/PU-KDR/PB/2021 a00045244/PU-KDR/PB/2021