03001 2200313 4500001002100000005001500021035002000036007000300056008004100059020002200100082001100122084001700133100002800150245010200178250001400280300005100294650002000345700003000365700002200395520002000417520204200437264004302479336002102522337003002543338002302573856004102596990002502637990002502662INLIS00000000002244920250327110543 a0010-0325000173ta250327 g 0 ind  a978-602-95337-3-6 a940.55 a940.55 HER a0 aHeri SudionoePengarang1 aAnak-Anak Peluru :bKisah Kelam Para Tentara Anak /cHeri Sudiono, Rini Rahmawati ; Editor, Ipang aCetakan 1 axiv + 118 Halaman :bIlustrasi ;c23 x 15,5 cm 4aSEJARAH MILITER0 aRini RahmawatiePengarang0 aIpangePenyunting aHalaman 115-117 aAnak-Anak Peluru Kisah Kelam Para Tentara Anak "Aku dan kakakku berada di kamp yang sama... kakakku berusaha melarikan diri dan tertangkap. Ia diikat di pohon dan dibunuh. Aku melihat semuanya, tapi aku tidak bisa menangis karena mereka mungkin akan membunuhku juga." "Temanku menjadi gila karena ia dipaksa membunuh ibunya sendiri ...seorang tidak boleh bermain-main dengan darah, itu sangat keji." "Aku sangat tersiksa oleh semua yang sudah kulakukan. Ketika aku pulang, aku harus menjalani ritus karena aku sudah melakukan pembunuhan. Aku harus dibersihkan. Aku masih sering bermimpi tentang anak-anak desaku yang sudah kubunuh. Aku melihatnya, dan ia berbicara padaku, ia katakan aku telah membunuhnya tanpa tujuan apapun. Aku hanya bisa menangis." Anak-anak telah menjadi korban dari salah satu aksi terburuk dalam banyak konflik bersenjata di dunia: direkrut sebagai tentara anak. Pembunuhan, ritus kekerasan merupakan pengalaman sehari-hari anak-anak ini, di tengah kecamuk perang yang memaksa mereka paham. Satu-satunya hal yang mereka ketahui adalah mereka harus terus patuh dan terus membunuh demi kelangsungan hidup. Perang telah merenggut mereka, menjerumuskan mereka ke dalam wilayah terkelamnya, dan menghadirkan narasi-kemanusiaan yang terpuruk. Perang tidak hanya mengubah mereka menjadi korban mengenaskan yang terjebak di tengah konfrontasi banyak pihak yang saling berhadapan, namun karakter intrinsik dari kebrutalan perang telah menyeret mereka ke dalam kondisi yang tidak pernah terbayangkan: Tangan-tangan kecil yang seharusnya menggenggam mainan dan buku pelajaran itu, kini menggenggam logam panas yang memuntahkan peluru, golok-golok dingin pengoyak tubuh, sementara jemari-jemari kecil mereka berlumuran darah. Perekrutan tentara anak ini ternyata telah menjadi metode yang lazim digunakan di wilayah-wilayah yang tengah menghadapi perang di seluruh dunia, bahkan sejak dini hingga di awal peradaban manusia. Sebuah sejarah panjang yang sayangnya, selama ini lama luput dari perhatian dunia. aYogyakarta :bMatapadi Presindo,c2020 2rdacontentaTeks 2rdamediaaTanpa Perantara 2rdacarrieraVolume aPerpustakaan Umum Daerah Kota Kediri a49333/PU-KDR/HD/2025 a49334/PU-KDR/HD/2025